Buku Komodifikasi Paham Ahlussunnah wal Jamaah ini membahas sebuah cerita yang berbeda antara NU dan Salafi Wahabi yang sama-sama bercorak ahli sunnah wal jamaah. Hanya saja performansinya terlihat berbeda. Salafi Wahabi membaca pemahaman beragama yang berprinsip kembali ke Qur’an dan Sunnah. Sementara itu, NU mengamalkan Islam yang berkolaborasi dengan tradisi lokal atau disebut sebagai tradisi Islam lokal.
Memang, terdapat amalan-amalan yang dilakukan bersumber dari upaya inovatif yang perlu dilakukan. Selain itu juga dinyatakan bahwa elit NU lebih fokus kepada kekuasaan, misalnya perbincangan yang terkait dengan al-ulama warasat al-anbiya ‘. Jadi, kekuasaan penting sebagai media untuk menerapkan ajaran Islam. Maka, isu yang diangkat terkait himbauan tidak memilih gubernur perempuan atau presiden perempuan, memilih presiden, dan wakil presiden yang mendukung NU untuk kepentingan bersama .
Sedangkan Salafi fokus pada tujuan kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah serta terus menggebrak semangat anti-TBC. Namun, melalui kontestasi elit NU dan Salafi ini kemudian melahirkan satu generasi yang unik yaitu Islam hibrida yang merupakan campuran antara paham NU dan Salafi. Sayangnya, elit agama kedua ini berada di medan yang sama, yaitu medan dakwah melalui online, seperti Youtube, Facebook, Twitter, dan Instagram.
Selain itu, batasan tentu menyasar kepada masyarakat Islam yang sama yakni masyarakat Pasuruan yang selama ini menjadi penganut ajaran Islam sesuai dengan pemahaman NU. Di sinilah
sebenarnya kepentingan yang berbeda itu bertemu. Subjek
sasaran yang sama membuat benturan kepentingan tidak dapat dihindarkan.
Daftar Isi
I. Gambaran Singkat Perkembangan dan Persaingan Ormas Islam di Pasuruan
II. Komodifikasi Paham Ahlussunnah wal Jamaah oleh Elite Nahdlatul Ulama di Pasuruan
III Konflik Perebutan Pengaruh antara Elite Nahdlatul Ulama dan Salafi
IV Makna Paham Ahlussunnah wal Jamaah
V Makna Konflik Perebutan Pengaruh antara Elite Nahdlatul Ulama dan Salafi